Bursa saham Asia pada Selasa bergerak naik-turun tipis setelah tiga hari tekanan jual yang cukup berat di pasar global. Indeks MSCI Asia Pacific sempat turun sekitar 0,1% setelah sebelumnya mencatat penurunan harian terbesar sejak awal April. Kontrak berjangka saham AS juga melemah di sesi Asia, menyusul penurunan indeks S&P 500 yang sudah jatuh empat hari beruntun. Saham-saham teknologi raksasa di kelompok “Magnificent Seven” turun sekitar 1,8%, dengan Nvidia merosot hampir 2,8% jelang rilis laporan keuangan.
Tekanan utama datang dari saham teknologi dan emiten-emiten yang terkait tema kecerdasan buatan (AI). Pasar mulai khawatir, belanja besar-besaran untuk infrastruktur AI belum diimbangi pendapatan dan laba yang sepadan. Seorang analis menyebut, pertanyaan utama bukan lagi “apakah ini gelembung”, tetapi seberapa lama tren belanja AI ini bisa bertahan dan seberapa besar dampak koreksinya ketika euforia berakhir. Kekhawatiran ini membuat sentimen di Wall Street makin rapuh.
Secara bulanan, indeks S&P 500 sudah turun lebih dari 3% dan berpotensi mencatat November terburuk sejak 2008 jika tren ini berlanjut. Indeks volatilitas Cboe atau “fear gauge” kembali melejit, menembus level 24 dan berada di atas area 20 yang biasanya mulai membuat pelaku pasar waspada. Lonjakan volatilitas ini menegaskan bahwa investor sedang berada dalam mode hati-hati dan siap mengurangi risiko jika situasi memburuk.
Di sisi lain, fokus pasar juga tertuju pada langkah Federal Reserve berikutnya. Peluang penurunan suku bunga pada pertemuan Desember kini dipandang kurang dari 50%, karena beberapa pejabat The Fed mengingatkan risiko inflasi jika pelonggaran dilakukan terlalu cepat. Namun, Gubernur The Fed Christopher Waller masih konsisten menyuarakan dukungan untuk penurunan suku bunga. Sementara itu, Bitcoin sempat menggoyang sentimen setelah turun di bawah US$90.000, sebelum akhirnya stabil lagi di sekitar US$92.500.
Sumber: Bloomberg.com
