Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) merosot 5% pada hari Kamis (16/11/2023) seiring dengan kenaikan persediaan, sementara produksi industri mengalami penurunan.
Kontrak West Texas Intermediate (WTI) bulan Desember turun US$ 3,76 atau 4,9%, ditutup pada US$ 72,90 per barel, sementara kontrak Brent bulan Januari merosot US$ 3,76 atau 4,63%, ditutup pada US$ 77,42 per barel. Harga minyak mentah AS dan patokan globalnya mencapai level terendah sejak awal Juli.
Menurut data yang dirilis oleh Energy Information Agency pada hari Rabu, persediaan minyak mentah AS naik sebanyak 3,6 juta barel minggu lalu, sementara produksi tetap stabil di rekor 13,2 juta barel per hari.
Produksi industri AS juga turun sebesar 0,6% pada bulan Oktober karena mogok kerja United Auto Workers memengaruhi produksi kendaraan bermotor, demikian data yang dirilis oleh Federal Reserve pada hari Kamis.
Di sisi lain, di Tiongkok, pemurnian minyak mentah melambat 2,8% pada bulan Oktober menjadi setara dengan 15,1 juta barel per hari dari rekor tertinggi pada bulan September, menunjukkan perlambatan permintaan di ekonomi terbesar kedua di dunia.
Ada juga dampak musiman dari permintaan yang umumnya melambat di musim dingin. Di sisi lain, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyalahkan spekulator atas penurunan harga baru-baru ini.
OPEC mengatakan impor minyak mentah Tiongkok tetap sehat, naik sebesar 11,4 juta barel per hari pada bulan Oktober. Organisasi itu juga menunjuk pada pertumbuhan ekonomi AS yang kuat di kuartal ketiga dan mencatat bahwa Dana Moneter Internasional memperkirakan ekonomi China akan tumbuh sebesar 5,4% tahun ini.
Sumber : beritasatu