Minyak mentah berjangka WTI turun menjadi sekitar $74.4 per barel pada hari Senin, mempercepat penurunannya dari sesi sebelumnya, terbebani oleh kekhawatiran terhadap prospek ekonomi Tiongkok, yang merupakan impor minyak mentah utama. Data dari akhir pekan menunjukkan bahwa tekanan deflasi Tiongkok meningkat pada bulan September, sementara konferensi pers gagal meredakan kekhawatiran mengenai risiko penurunan pertumbuhan, karena besarnya paket stimulus yang bertujuan untuk menghidupkan kembali perekonomian masih belum pasti.
Penekanan harga selanjutnya adalah proyeksi surplus yang diperkirakan akan terjadi pada awal tahun 2025, didorong oleh lemahnya permintaan global dan kuatnya pertumbuhan pasokan. Di AS, data Baker Hughes mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan energi menambah rig minyak dan gas alam untuk pertama kalinya dalam empat minggu pada tanggal 11 Oktober. Sementara itu, masih terdapat kekhawatiran mengenai potensi respon Israel terhadap serangan rudal Iran, yang dapat menargetkan infrastruktur energi Iran.
Sumber: Trading Economics