Ketua The Fed: Inflasi AS Masih Terlalu Tinggi

Ketua Federal Reserve Jerome Powell menilai inflasi AS masih terlalu tinggi meskipun ada perlambatan. Hal itu membuka potensi untuk kenaikan suku bunga baru.

Dalam sebuah konferensi pers, ia mengatakan terdapat bukti tambahan dari pertumbuhan yang terus-menerus di atas tren atau tanda-tanda baru pengetatan di pasar tenaga kerja yang kemudian dapat menjamin pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut.

The Fed baru-baru ini memperlambat kampanye pengetatan moneternya yang agresif dengan menaikkan suku bunga acuannya ke level tertinggi dalam 22 tahun terakhir, karena ingin memperlambat inflasi tanpa mendorong ekonomi AS ke dalam resesi.

Inflasi umum, yang diukur dengan pengukur favorit Fed, telah turun lebih dari separuhnya sejak mencapai puncaknya di Juni tahun lalu, namun masih bertahan di atas target jangka panjangnya sebesar dua persen.

Inflasi masih terlalu tinggi

“Inflasi masih terlalu tinggi, dan beberapa bulan data yang baik hanyalah awal dari apa yang diperlukan untuk membangun kepercayaan diri inflasi bergerak turun secara berkelanjutan menuju target kita,” kata Powell dalam sebuah pidato yang sempat tertunda oleh para pengunjuk rasa perubahan iklim, dilansir Channel News Asia, Jumat, 20 Oktober 2023.

“Kami belum dapat mengetahui berapa lama angka-angka yang lebih rendah ini akan bertahan, atau di mana inflasi akan berada dalam beberapa kuartal mendatang,” ucap dia.

The Fed akan melanjutkan dengan hati-hati pada pertemuan-pertemuan suku bunga di masa mendatang.

“The Fed tidak terburu-buru untuk mengetatkan kebijakan moneter lebih lanjut. Kenaikan suku bunga di bulan November dapat dengan aman diperkirakan,” tulis Kepala Ekonom EY Gregory Daco dalam sebuah catatan kepada klien.

Atas pernyataan itu, saham-saham AS turun dan mengakhiri perdagangan dengan kuat di zona merah.

Sumber : metronews

Perhatian!!!
Managemen PT. Rifan Financindo Berjangka (PT RFB) menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk lebih berhati-hati terhadap beberapa bentuk penipuan yang berkedok investasi mengatasnamakan PT RFB dengan menggunakan media elektronik ataupun sosial media. Untuk itu harus dipastikan bahwa transfer dana ke rekening tujuan (Segregated Account) guna melaksanakan transaksi Perdagangan Berjangka adalah atas nama PT Rifan Financindo Berjangka, bukan atas nama individu.